Gaya Hidup Sederhana, Bukan Kekurangan Uang, Jadi Alasan Petani Sumenep Terlihat “Miskin”


SUMENEP – Tingkat kemiskinan di Kabupaten Sumenep kembali menjadi sorotan publik setelah data Badan Pusat Statistik (BPS) menempatkan daerah ini di posisi ketiga terbawah di Jawa Timur. Kelompok petani tercatat sebagai penyumbang angka kemiskinan tertinggi.

Nyoman Sudirman, pemuda tani asal Kepulauan Sapeken, Pulau Saebus, menyatakan survei BPS sudah tepat. Ia menjelaskan, pendataan BPS menanyakan gaya hidup sehari-hari, seperti jenis makanan, frekuensi membeli pakaian, kondisi lantai rumah, dan kebiasaan tidur.

“Petani biasanya makan sederhana, memakai rumah seadanya, dan tidur di lantai. Bukan berarti mereka kekurangan uang, tapi ini pilihan hidup,” ujar Nyoman. Ia menambahkan, banyak petani memiliki harta dan tabungan yang lebih besar dibanding orang yang hidup mewah sehari-hari.

Nyoman mencontohkan warga Batang-batang yang terbiasa tidur di pasir meski mampu membeli kasur, dan sebagian lebih memilih menunaikan umrah ketimbang membeli mobil. Menurutnya, citra “miskin” lebih disebabkan pola pikir hidup sederhana.

Meski begitu, Nyoman melihat adanya perubahan positif. Banyak desa kini memiliki rumah mewah, mobil, dan motor bagus, menunjukkan keberhasilan pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani.

Posting Komentar

0 Komentar