![]() |
Petani menunjukkan tanaman yang terserang OPT. (Foto: Calvin Budi Tandoyo) |
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Blitar, Dewi Masitoh, menjelaskan bahwa OPT dapat berupa hewan maupun tumbuhan yang menghambat bahkan mematikan tanaman pangan milik petani. Berdasarkan jenisnya, serangan OPT terbagi menjadi tiga kelompok, yakni hama, penyakit tanaman, dan gulma.
“Di Kota Blitar, beberapa kecamatan sudah terdeteksi mengalami serangan OPT. Di Kecamatan Sananwetan, ulat grayak menyerang tanaman jagung, sementara wereng dan tikus menyerang padi dan jagung,” kata Dewi, Selasa (12/8).
Luas lahan terdampak di Kecamatan Sananwetan tercatat 0,43 hektare, di Kecamatan Kepanjenkidul 0,84 hektare, dan di Kecamatan Sukorejo 0,74 hektare.
Dewi mengimbau para petani menggunakan pestisida ramah lingkungan, sejalan dengan konsep pertanian organik yang diterapkan di Kota Blitar. Pestisida yang digunakan diutamakan berbasis bahan alami atau pestisida nabati.
“Konsep pertanian kita organik, jadi teknis dan pestisidanya harus berbasis organik,” ujarnya.
Pestisida nabati, lanjut Dewi, memiliki tiga fungsi, yakni menolak, menarik, dan mengurangi serangan OPT. Petani juga dapat menerapkan teknik kultur teknis dan memanfaatkan predator alami hama untuk mengurangi dampak serangan.
DKPP Kota Blitar, kata Dewi, telah memberikan pelatihan pembuatan pestisida nabati kepada para petani. Selain itu, dinas juga menyediakan rodentisida untuk mengendalikan hama tikus.
“Kami sudah melakukan sosialisasi dan pembinaan agar petani bisa memproduksi sendiri pestisida nabati. Kadang petani juga punya cara sendiri untuk mengusir OPT,” pungkasnya.
0 Komentar