Kemerdekaan Versi Aspal Terblokir


17 Agustus, udara penuh semangat. Bendera berkibar, lagu nasional berkumandang, dan jalan raya resmi berubah jadi “panggung hiburan rakyat”.

Pengendara motor yang tadinya mau ke kantor mendadak berubah profesi jadi penonton lomba makan kerupuk—gratis, tanpa diminta. Sopir angkot? Ikut lomba “mengukur kesabaran” dengan hadiah utama: klakson serak.

“Mohon maaf, jalan ditutup demi acara kemerdekaan,” kata panitia dengan wajah sumringah. Entah kenapa, merdeka dari penjajah selalu dirayakan dengan menjajah hak orang lain untuk lewat.

Seorang bapak yang mau ke rumah sakit cuma bisa bengong, ibu-ibu bawa sayur dari pasar terpaksa ikut arak-arakan, dan anak sekolah telat masuk kelas malah dapat “sertifikat” ikut karnaval, tanpa pernah mendaftar.

Mungkin tahun depan, lomba baru bisa ditambahkan: “Siapa Paling Lama Menutup Jalan” atau “Balap Klakson Antar RT”. Hadiahnya? Satu paket kebanggaan menjadi juara penjajah jalan terbaik se-Indonesia.

Posting Komentar

0 Komentar