KUALA LUMPUR – Sejumlah pemuda Malaysia kembali menggelar aksi demonstrasi di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur pada Selasa malam (2/9/2025).
Aksi tersebut diinisiasi berbagai organisasi masyarakat sipil di Negeri Jiran, salah satunya Mandiri.
Koordinator Mandiri, Wong KuKui, menyampaikan bahwa mereka menuntut pembebasan aktivis Indonesia yang ditahan, yakni Direktur Lokataru Delpedro Marhaen, Humas Gejayan Memanggil Syahdan Husein, serta mahasiswa Universitas Riau Khariq Anhar.
Menurut Wong, penangkapan itu merupakan bentuk pelanggaran terhadap prinsip demokrasi dan hak asasi manusia.
Ia menegaskan bahwa dalam negara demokrasi rakyat berhak menyampaikan pendapat, berorganisasi, serta berkumpul secara damai.
“Tugas polisi adalah melindungi masyarakat, bukan dijadikan alat pemerintah untuk menekan rakyat,” ujarnya dalam keterangan pers. Wong juga menambahkan bahwa pemuda Malaysia tidak bisa berdiam diri melihat kasus tersebut.
Sementara itu, Pengarah Eksekutif Mandiri, Amir Hadi, menilai hubungan Indonesia dan Malaysia ibarat kakak-beradik—kadang berselisih, tetapi tetap saling peduli.
Ia mencontohkan perdebatan soal batik, rendang, hingga sepak bola yang kerap terjadi di media sosial. “Walau sering bertikai, jika ada yang tertindas atau mengalami musibah, kami tetap berdiri bersama mereka,” kata Amir dalam orasinya yang diunggah di media sosial.
Amir menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin mencampuri urusan politik Indonesia. Namun, jika ada warga yang ditangkap hanya karena menyuarakan pendapat, atau ada korban luka hingga meninggal, mereka akan tetap bersama rakyat Indonesia. Ia juga mendesak pemerintah Indonesia segera membebaskan para aktivis yang ditahan.
“Kami berdoa agar episode kelam ini segera berakhir. Yang pantas ditahan adalah pihak-pihak yang menyebabkan kematian, bukan para aktivis, bukan rakyat biasa, apalagi kaum miskin,” pungkas Amir.
0 Komentar