Semoga tak ada turbulensi di pesawat. Jika ada, mudah-mudahan tak mengganggu saat terlelap. Yang tak kalah perlu, semoga tak ada kabar pilu, baik dari orang yang dicintai atau yang dibenci. Amin.
Dua paragraf pembuka catatan ini saya niatkan sebagai doa. Namun, dari doa itu, saya belajar satu hal: tidak semua doa adalah permintaan. Kadang ia adalah wujud dari ketidakberdayaan.
Banggar DPRD Sumenep dan TAPD, infonya akan menggelar rapat di Bali. Tiket pesawat sudah dibeli, bahkan paripurna sempat jadi objek ancaman agar agenda ke Bali tetap terealisasi.
Selintingan kabar, rapat di Bali itu tak boleh ada foto atau video. Harus benar-benar silent. Mungkin saja, jika sampai bocor, rapat itu akan terbukti sebagai perbuatan kotor.
Kalau tak gagal, sekali lagi, pajak rakyat akan dihamburkan secara diam-diam. Sebab, hingga hari ini, rapat itu akan digelar tanpa undangan resmi(?).
Katanya, mereka akan membahas peningkatan PAD Sumenep. Tentu saja, niat ini mulia. Tapi bukankah APBD sudah ditandatangani dan diparipurnakan?
Membahas peningkatan PAD, seharusnya alot sebelum paripurna. Jika APBD sudah paripurna, lalu urgensi pembahasan itu apa? Harus berapa lama lagi berbuat kotor, diam-diam, dan sia-sia? Sebagai orang awam, mampu saya hanya berdoa.
Dan andai diingat-diingat, kawan-kawan DPRD Sumenep hobi sekali mengulang kekeliruan yang sama. Terakhir saat mereka dipermalukan di Djogjakarta.
Lagi pula, yang akan dibahas adalah isi rumah sendiri. Tapi mereka suka sekali meminjam rumah orang, yang musti ditiket pesawat dan disewa berjam-jam.
Rumah sendiri sering dicap tak bagus. Bangunan seharga 100 miliar masih sering diserahkan pada ART dan satpam. Dan kali ini, rumah di Bali terlihat lebih menawan.
Meski terlambat, semoga undangan rapat di Bali bisa tersebar. Dan diisi suratnya secara khusus membahas peningkatan PAD, meski APBD sudah diparipurnakan.
Terakhir, mungkin saja rakyat tetap tidak terima. Hanya saja tak bisa berbuat apa-apa. Tapi, hemat saya, rapat itu harus tetap terlaksana.
Sebab, tiket pesawat kadung dibeli, bahkan satu agenda paripurna sempat jadi objek ancaman agar agenda ke Bali tetap terealisasi. Lagi pula, namanya wakil (rakyat), bisa semena-mena kan? Salam awam saja.
: NK Gapura
Sumenep,
21 Oktober 2025
0 Komentar